Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Telepon dari Ayah

Pendeknya: akhir-akhir ini Ayah suka sekali meneleponku. Ayah menelepon ke rumah adalah hal yang lumrah, tentu saja. Ia menelepon Ibu, lalu Nunu yang sedang di Malang dan kadang-kadang juga Dela. Aku? Tidak pernah. Aku sebenarnya menolak memberikan Ayah nomor teleponku. Bukan apa-apa, aku juga tidak sedang sibuk apapun, dan untuk Ayah, aku memang selalu punya waktu. Hanya, apa ya? I hate the feeling. Setelah mendengar suaranya, aku tidak suka perasaan yang ditinggalkan. Khawatir, sedih,.. Kangen. Ah, yang paling penting: aku khawatir aku akan menangis. Yaa yaa ya, bilang saja aku orang paling jaim seluruh dunia. Kalau kata anak indie:  semesta sedang menertawakan bagaimana aku berlakon dengan gengsiku.   "..but? Its okay to cry, babe."  another blah blah blah. Tidak, sayang, tidak. Aku, iya memang jaim. tapi, bagaimana ya? Lebih daripada itu, aku tidak boleh menambah beban ayah dengan mendengarku menangis. Tidak boleh. Tidak bisa. Ayahku, se-overthinking itu. Dia akan